Minggu, 26 Oktober 2014

Makalah Makanan Khas Tradisional Aceh




KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan mengucapkan rasa syukur segala puji bagi Allah SWT penguasa alam dan seisinya yang telah memberikan hidayahnya kepada penulis sehingga makalah dengan judul “ Makanan dan Masakan Aceh ” ini dapat penulis selesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya, dan tidak lupa selawat dan salam semoga tercurahkan atas utusan Allah sebagai Rahmat bagi alam semesta.

Ucapan terimakasih tak lupa pula penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu / membimbing penulis dalam penyusunan Makalah ini, kepada Guru Pembimbing, rekan - rekan seperjuangan serta kedua orang tua penulis. 

Penulis menyadari di dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, demi kesempurnaan makalah ini, mudah-mudahan makalah bermanfaat untuk kita semua. Amin ya rabbal ‘alamin.


Kuta Binjei,    Mei 2013

Penulis







DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ........ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB  I      PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.      Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
2.      Tujuan Penelitian ...................................................................................... 1
3.      Manfaat Penelitian .................................................................................... 2

BAB  III    PEMBAHASAN ................................................................................................ 3

Makanan Khas Tradisional Aceh ................................................................. 3

1.      Manisan pala ............................................................................................. 3
2.      Sanger ........................................................................................................ 4
3.      Pisang Sale ............................................................................................... 4
4.      Kembang loyang ....................................................................................... 5
5.      Lepat ........................................................................................................... 6
6.      Rujak Aceh Samalanga ........................................................................... 6
7.      Keumamah ................................................................................................ 7
8.      Kue Bhoi .................................................................................................... 8
9.      Bohromrom ................................................................................................ 9
10. Meuseukat ................................................................................................. 9

BAB  III    PENUTUP ...................................................................................................... 11
1.      Kesimpulan ............................................................................................. 11
2.      Saran ........................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ iii





BAB I
PENDAHULUAN

1              Latar Belakang Masalah
Berbicara tentang Budaya Aceh memang tak habis-habisnya dan tak akan pernah selesai sampai kapanpun. Topik yang satu ini memang menarik untuk dibicarakan terutama karena budaya itu sendiri sesungguhnya merupakan segala hal yang berhubungan dengan hidup dan kehidupan manusia. Jadi,selama manusia itu ada selama itu pula persoalan makanan dan penganan akan terus dibicarakan.

Demikian pula halnya Makanan Aceh, makanan yang terdapat didaerah yang pernah dilanda konflik dan Tsunami 26 Desember 2004  lalu. Dua peristiwa besar yang melanda Nanggroe Aceh Darusalam telah mencatat banyak sejarah.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan sebagai wakil Tuhan di bumi yang menerima amanat-Nya untuk mengelola kekayaan alam. Sebagai hamba Tuhan yang mempunyai kewajiban untuk beribadah dan menyembah Tuhan Sang Pencipta dengan tulus. Suku Aceh merupakan kelompok mayoritas yang mendiami kawasan pesisir Aceh. Orang Aceh yang mendiami kawasan Aceh Barat dan Aceh Selatan terdapat sedikit perbedaan kultural yang nampak nya banyak dipengaruhi oleh gaya kebudayaan Minangkabau.

2              Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui sejauh mana Budaya Aceh mengalami perubahan,dan pandangan masyarakat aceh terhadap petuah dan kebiasaan - kebiasaan yang telah turun menurun berlaku dalam masyarakat, petuah atau kebiasaan yang disebut adapt istiadat di Nanggroe Aceh yang mulai dikesampingkan oleh generasi muda, yang bersifat negatif yang terjadi pasca konflik dan tsunami.




3              Manfaat Penalitian
Supaya kita menyadari pentingnya menjaga adat Budaya Aceh agar tidak terpengaruhi oleh budaya asing. Karena kita tanpa sadari dan secara tidak langsung kita telah merusak badaya kita sendiri. Dan terjerumus kepada perilaku yang tidak baik, kita sudah menginjak-injak warisan endatu kita.

BAB II

PEMBAHASAN

 

Makanan Khas Tradisional Aceh

 

1. Manisan pala





Manisan
pala merupakan salah satu jenis makanan ringan yang tergolong dalam kelompok manisan buah-buahan. Usaha pembuatan manisan pala tidak memerlukan teknologi yang sulit dan pembuatannya cukup mudah, oleh karena itu usaha ini mudah dilakukan oleh para pengusaha baru.

Pembuatan manisan pala umumnya dilakukan oleh pengusaha kecil di daerah penghasil pala. Kabupaten Aceh Selatan adalah kabupaten penghasil komoditi pala terbesar di Aceh bahkan di Pulau Sumatera. Manisan buah pala ini termasuk industri rumah tangga yang banyak dijumpai di Kabupaten Aceh Selatan. Selain diolah menjadi manisan dan sirup, pala dapat dibuat juga menjadi minyak pala yang berkhasiat tinggi untuk mengobati luka. Bahkan kini kue dan kembang gula pun dapat dibuat dari buah pala.

Manisan pala selain menjadi makanan ringan yang disajikan pada saat perayaan hari-hari besar lebaran dan tahun baru bagi masyarakat setempat juga dapat dijadikan buah tangan bagi wisatawan yang berkunjung ke daerah ini.

2.  Sanger



Sanger adalah sejenis minuman yang hanya ada di Aceh. Sanger atau juga sering di sebut kopi sanger ini secara umum mirip dengan capucino, tapi menurut saya jauh lebih nikmat kopi sanger ini. Selain itu jika kita melihat sekilas maka sanger ini akan sangatlah tampak seperti kopi susu biasa, tetapi jika kita menilik dari rasanya, kopi sanger ini memiliki rasa yang sangat khas dan berbeda dari rasa kopi lainnya.

Memang dari dahulu Aceh ini terkenal dengan khas kopi saring/tarik-nya. Bagi para pecinta kopi sejati pasti akan segera dapat merasakan bedanya, apabila sudah merasakan kopi Aceh. Warung yang paling terkenal dalam menyajikan jenis minuman ini adalah warung solong di kawasan Ulee Kareng dan Chek Yuke di kawasan Mesjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Selain itu, hampir di setiap ruas jalan di Banda Aceh pasti akan banyak kita temui warung-warung kopi, tempat nongkrong dari segala usia.

3.  Pisang Sale
 
Pisang adalah tanaman hortikultura yang cukup penting untuk kesehatan. Pisang yang sudah matang dapat diolah berbagai macam makanan salah satunya adalah disale alias pisang sale, pisang sale sudah lama dikenal sebagai makanan tradisional daerah, salah satunya pisang sale khas Aceh banyak dikawasan Kabupaten Aceh Timur yang merupakan sentra pisang sale untuk daerah Aceh.

Pisang sale khas Aceh, proses pembuatannya adalah pisang yang sudah matang di kupas kulitnya lalu dijemur dipanas matahari , setelah itu dilakukan penyaleaan / pengasapan sehingga pisang sale lebih tahan lama, seterusnya dioleskan / dilumuri gula tebu (bukan gula pasir),pisang sale mempunyai aroma dan rasa yang khas. Warnanya kecoklat-coklatan, agak berkilat sedikit membuat kita ingin mencicipinya.

Pisang sale merupakan makanan ringan masyarakat Aceh sejak zaman indatu dulu, yang sudah menjadi buah tangan dari Aceh. Pisang sale bisa langsung dimakan atau digoreng dengan tepung terlebih dahulu.

4.  Kembang loyang


Kembang loyang ini terbuat dari tepung roti yang di campur dengan gula dan telur serta pati santan. Adonan ini diaduk hingga rata lalu cetakan kembang loyang dicelupkan ke dalam adonan kemudian digoreng ke dalam penggorengan.

Kue ini sering kita jumpai disaat ada acara hajatan, tidak ketinggalan juga dipelosok-pelosok desa di Aceh kue sangat setia untuk menemani pada hari-hari besar agama, seperti waktu lebaran, serta cocok dinikmati pada waktu-waktu santai bersama keluarga.

5.  Lepat

Lepat, makanan ini di buat dari tepung ketan yang diisi dengan gula merah hingga kalis, kemudian di bungkus dengan menggunakan daun pisang dan di bagian tengahnya di beri kelapa parut yang telah di gongseng dengan gula yang di namakan inti lalu di kukus hingga matang. Lepat khusus di sajikan pada hari-hari tertentu pada masyarakat Gayo terutama menjelang puasa (megang) dan lebaran, makanan ini tahan lama jika di asapi dapat bertahan sampai 2 minggu.
6.  Rujak Aceh Samalanga


Rujak Aceh Samalanga, disebut demikian karena rujak Aceh tentunya banyak ditemukan di Aceh sampai dipelosok-pelosok desa. Samalanga merupakan salah satu kecataman yang terdapat di kabupaten Bireuen.

Keunikan rujak Aceh pada umumnya memiliki keistimewaannya yang terletak pada cita rasanya yang asam, manis dan pedas. Bahan-bahan yang digunakan memang relatif sama seperti pembuatan rujak pada umumnya, yang terdiri dari buah mangga, pepaya, kedondong, bengkuang, jambu air, nenas, dan timun, namun bumbu-bumbu yang digunakan, memiliki ciri khas tersendiri seperti garam, cabe rawet, asam jawa, gula aren (merah) yang cair, kacang tanah dan pisang monyet (pisang batu) atau rumbia (salak Aceh).

Yang menarik dari rujak Aceh Samalanga ini, di atas tempat ulekan yang besar terbuat dari batu itu bisa menampung untuk 50 porsi rujak, ada juga ulekan yang digunakan biasanya yang terbuat dari kayu jati. Cara penyajiannya rujak biasanya memang ddilakukan dengan dua cara, yaitu pertama ditaruh di dalam piring dan yang kedua ditaruh di atas daun pisang. Pembeli yang makan di warung, biasanya disediakan di dalam piring, sedangkan yang akan dibawa pulang, biasanya dibungkus dengan daun pisang yang tentu menjadi ciri khas tersendiri.

7.  Keumamah 

Keumamah atau sering disebut dengan Ikan kayu merupakan makanan tradisional Aceh yang paling banyak diminati oleh masyarakat Aceh. Selain memiliki rasa yang lezat dan unik, ikan ini terbuat dari ikan tuna yang telah direbus, kemudian dikeringkan dan diiris-iris kecil.

Biasa dimasak dengan menggunakan santan kelapa, kentang, cabai hijau dan rempah lainnya. Ikan kayu ini tahan lama untuk dibawa perjalanan jauh, sehingga dapat dijadikan bekal dalam perjalanan. Selama perang Aceh melawan Belanda di hutan, jenis makanan ini sangat terkenal karena sangat mudah dibawa dan dimasak. Nama lainnya adalah katshiobushi.

8.  Kue Bhoi 

Kue Bhoi adalah penganan khas Aceh Besar yang dikenal luas oleh masyarakat Aceh. Bentuk kue ini sangat bervariasi, seperti : bentuk ikan, bintang, bunga, dan lain-lain. Kue Bhoi ini dapat menjadikan salah satu buah tangan ketika akan berkunjung ke sanak saudara atau tetangga yang mengadakan hajatan atau pesta, seperti sunatan dan kelahiran.

Kue Bhoi ini mempunyai harga yang sangat relatif murah, satu kemasan berkisar dengan harga Rp. 5.000,- ,10.000,- bahkan ada yang ratusan ribu.

Kue Bhoi juga dijadikan sebagai salah satu isi dari bingkisan seserahan yang dibawa oleh calon pengantin pria untuk calon pengantin perempuan pada saat acara pernikahan.

Kue Bhoi sendiri biasanya diperoleh di pasar-pasar tradisional ataupun dipesan langsung pada pembuatnya. Proses pembuatan kue Bhoi ini pun tergolong sedikit rumit. Pasalnya, tidak semua orang bisa membuat kuliner ini dan dibutuhkan kesabaran serta keuletan.

9.  Bohromrom 


Bohromrom atau dikenal juga dengan kue boh duek beudeh, kue ini terbuat dari tepung ketan yang dibalut dengan parutan kelapa. Cara membuatnya sangat mudah. Campurkan tepung ketan, garam dan air panas. Aduk hingga rata. Tuang air dingin, aduk hingga adonan kalis. Ambil satu sendok teh adonan isi dengan bahan isian yakni gula jawa. Bulatkan dan panaskan air bersama daun pandan hingga mendidih. Masukkan adonan, angkat, gulingkan diatas kelapa parut lalu sajikan.

10.  Meuseukat  


Meuseukat ini merupakan salah satu kue tradisional dari aceh atau semacam dodol nanas khas aceh. Meuseukat terbuat dari tepung terigu dan campuran buah nanas, paduan yang unik dengan cita rasa yang khas. Meuseukat sangat jarang ditemukan dipasar-pasar tradisional dan terkadang harus dipesan terlebih dahulu.

Jika sebelumnya meuseukat sering dibawa pada acara perkawinan aceh, kini meuseukat dapat juga dijadikan oleh-oleh jika berkunjung ke aceh.





BAB III
PENUTUP

1.            Kesimpulan
Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki aneka ragam budaya yang menarik khususnya dalam bentuk tarian, kerajinan dan perayaan dan makanan / penganan. Kebudayaan Aceh sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Tarian, kerajinan, ragam hias, adat istiadat, dan lain-lain semuanya berakar pada nilai - nilai keislaman. Contoh ragam hias Aceh misalnya, banyak mengambil bentuk tumbuhan seperti batang, daun, dan bunga atau bentuk obyek alam seperti awan, bulan, bintang, ombak, dan lain sebagainya. Kesehatan ibu hamil harus terus di perhatikan. Hal ini dapat dilihat dari pelayanan keluarga terhadap kebutuhan ibu dari saat hamil sampai melahirkan, baik dari segi makanan, ramuan, obat - obatan,  thet batee (bakar batu), salee (diasapi), dan lain-lain.
Fenomena syariat Islam di Aceh hari ini cendrung mengarah kepada pendistorsian syariat itu sendiri. Di satu sisi budaya masyarakat Aceh adalah budaya yang sangat mendukung pelaksanaan syariat Islam, tapi pada prosesnya mengalami hambatan di tingkatan atas, yaitu elite-elite politik yang cenderung menjadikan syariat Islam itu sebagai komoditas politik yang berorientasi pada kekuasaan. Indikasinya ditandai dengan lambannya proses pembuatan kanun-kanun (UU).

2.            SARAN
Maka dari itu kita harus memahami faham tentang adapt dan budaya kita. Kita juga harus memahami seberapa penting adat, budaya  bagi kehidupan masyarakat, guna tercapai hidup yang lebih baik, sebagaimana orang-orang sebelum kita kita menjaga adapt budaya, maka dari itu marilah sama-sana kita menjaganya.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk kita, agar kita lebih memahami dan mengerti permasalahan Adat dan Kebudayaan Aceh.


DAFTAR PUSTAKA
Thaib,Rosita.2008.SINTAKSI. Banda aceh :Universitas syah kuala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar