Selasa, 11 November 2014

Inovasi Teknologi dalam Pendidikan Karakter

Inovasi Teknologi dalam Pendidikan Karakter


Pendidikan Karakter menjadi salah satu trending topic dalam dunia pendidikan di Indonesia. Barangkali sebagian dari kita yang telah lama berkecimpung dalam dunia pendidikan kembali ke memory pada masa lalu saat Pendidikan Budi Pekerti masih menjadi bagian dari Kurikulum Pendidikan Nasional. Disadari atau tidak, mata pelajaran tersebut dicontoh oleh Malaysia (atau jangan2 pada mulanya kita yang mencontoh…?? Entahlah). Bahkan perlu diketahui bahwa Pendidikan Budi Pekerti menjadi salah satu domain yang dipelajari sampai pada tingkat Perguruan Tinggi (pengalaman pribadi penulis saat mengunjungi salah satu Perguruan Tinggi di Malaysia). Hal ini yang membuat saya cukup terkejut (untuk mengurangi rasa terkejut saya berpikir mungkin di Indonesia saat ini namanya Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, tapi lagi-lagi “Entahlah….” ). Sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya kita memahami apa makna Pendidikan Karakter itu sendiri.


” Pendidikan karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran,
kecerdasan, kepedulian, tanggung jawab, kebenaran, keindahan, kebaikan, dan keimanan. Dengan
demikian, pendidikan berbasis karakter dapat mengintegrasikan informasi yang diperolehnya selama
dalam pendidikan untuk dijadikan pandangan hidup yang berguna bagi upaya penanggulangan persoalan
hidupnya (Komang, 2010 dalam Kompas.com)”.
(Maaf, saya hanya mengambil satu referensi mengenai makna Pendidikan Karakter, tapi lebih kurang seperti itulah….)
Dari pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa Pendidikan Karakter pada dasarnya memiliki tujuan yang baik dan saya katakan ya begitulah bentuk Pendidikan Budi Pekerti. Namun saat ini apakah sudah banyak sekolah yang menerapkan Pendidikan Karakter? (Sepertinya banyak Guru yang akan menjawab, semua itu ada dalam Mata Pelajaran yang diampu oleh Guru Bimbingan Konseling. Saya sendiri berpendapat, bukan…!!) Menurut pendapat saya lagi sepertinya belum banyak sekolah yang memasukkan Pendidikan Karakter dalam kurikulum khususnya. Kecuali yang saya ketahui ada di Semarang adalah SMA Institut Indonesia yang memberikan Mata Pelajaran Pendidikan Budi Pekerti (kebetulan Ibu saya menjadi salah satu Guru pengajarnya…) dan di Magelang adalah SMA Taruna Nusantara yang memberikan nilai-nilai hidup (seperti tercantum dalam pengertian di atas) melalui Mata Pelajaran Bimbingan Konseling dan dalam kehidupan keseharian siswanya di dalam Asrama (kebetulan lagi yang saya sebutkan adalah Almamater saya saat dulu menempuh pendidikan SMA….)
(Maaf, saya hanya menyebutkan contoh dua sekolah yang saya tahu dengan pasti memberikan pengajaran mengenai Karakter/Budi Pekerti yang baik. Saya berikan apresiasi yang tinggi untuk sekolah-sekolah yang sudah menerapkan hal serupa, terlebih lagi untuk Pendidikan di Pesantren dan sekolah-sekolah berbasis agama yang tentu sudah lebih dulu memiliki kurikulum tersebut…)
Kembali pada topik utama sesuai judul tulisan ini, apakah Inovasi Teknologi dapat diterapkan untuk menunjang Pendidikan Karakter? Tentu saja jawabannya: Bisa…!!! (Lagi-lagi, ini menurut Saya..!)
Teknologi yang berkembang melalui internet tentu bisa dimanfaatkan untuk kepentingan Pendidikan Karakter. Hal yang paling mudah tentulah dengan memberikan contoh-contoh gambaran mengenai nilai-nilai kehidupan melalui film atau cuplikan berita atau foto-foto kejadian dalam dunia nyata yang dapat menggugah kesadaran siswa mengenai kejujuran, keikhlasan, tanggung jawab dan lain sebagainya.
Barangkali akan ada yang bertanya, “Memang hanya dengan cara itu, para siswa dapat dengan sendirinya menjadi lebih baik perilakunya..???”
Tentu saja tidak….!!
Guru memiliki peran penting untuk memberikan contoh, keteladanan dalam keseharian baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Jangan sampai terjadi lagi peristiwa seperti ini:
“…..Dalam siaran tersebut, yang menjadi korban kali ini adalah IS, seorang murid kelas III SMA Negeri I
Babelan, Bekasi. IS saat ini seorang diri dan harus mengasuh anak hasil hubungannya dengan SA, yang
tak lain adalah guru komputer di sekolah IS. IS terpaksa harus menghentikan pendidikannya dan
kehilangan kesempatan untuk meraih cita-citanya.
Pada Januari 2010, guru dan murid ini melakukan hubungan suami-isteri hingga mengakibatkan IS hamil.
IS baru mengetahui kehamilannya pada bulan ke-9, yaitu Desember 2010……” (Oleh: M. Latief, 2011 dalam Kompas.com)
Selanjutnya tidak berhenti sampai di sini, Guru sebagai sosok yang digugu lan ditiru (dipatuhi dan dicontoh) harus bersikap lebih bijaksana dalam menghadapi kenakalan siswanya. Jangan sampai terjadi lagi kasus-kasus kekerasan (pemukulan dan pemberian hukuman yang berlebihan) di lingkungan sekolah. Ibu Bapak Guru sekalian, Anda adalah orang tua kedua mereka di sekolah, kasih sayang menjadi kunci utama untuk mendidik dan mengarahkan siswa Anda.
“Teaching with Love is the best way”
Namun jangan sampai dilupakan, Keluarga merupakan tonggak utama pengaplikasian Pendidikan Karakter. Orang tua di rumah menjadi sosok yang penting untuk memberikan keteladanan bagi anak. Dan itu harus pula dilakukan sejak dini, karena ada pepatah “memberikan pendidikan kepada anak kecil bagaikan menulis di atas batu….”. Pendidikan Budi Pekerti di dalam keluarga menjadi dasar utama sikap dan perilaku seorang anak dalam menghadapi dunia dan kehidupan di luar rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar