Minggu, 30 November 2014

Indahnya kesabaran

Indahnya kesabaran

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvtCwJbUiitfrgVTrBcuy0rQ2W4q5KikVtMeZcrxSq43EIH3dcuefgDhP8CL2E1QHplagxb64ttMGy3ZtriU1Cc-VPaeCi08Uvuuqj_Kr2znwm27nWvd4iPCQ0w0TMnRawSb3ePU78-2Q/s9000/Ujian%252BDari%252BAllah.jpg
Pepatah arab mengatakan,sabar itu seperti namanya, rasanya pahit, akan tetapi akhirnya sangatlah manis.
Terkadang manusia lalai untuk menyadari bahwa kesabaran adalah sebuah ibadah. Karena Allah ta’ala memerintahkannya di dalam al Qur’an.


Allah telah berfirman:
“maka bersabarlah engkau dengan kesabaran yang baik.”(QS. Al Ma’arij: 5)
Para ulama menyebutkan sebuah kaedah, bahwa setiap amalan yang Allah ta’ala perintahkan merupakan ibadah. Dan ayat-ayat yang memerintah akan kesabaran teramatlah banyak dalam al Qur’an, demikian pula dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dunia adalah tempat ujian dan cobaan, sehingga di dalam mengarungi kehidupan di dunia, seorang muslim sangatlah butuh akan kesabaran. Walaupun ujian yang berat menghadang, terlihat amatlah ringan apabila dibandingkan dengan ujian dan cobaan yang dialami oleh orang-orang terdahulu.
Kelaparan adalah sebuah ujian, namun bersabarlah. Karena kelaparan yang mungkin kita rasakan, tidaklah seberapa dibandingkan dengan  rasa lapar yang dialami oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Seorang shahabat yang mulia,tersungkur di antara mimbar Rasulullah dan kamar ‘aisyah karena kelaparan, sampai-sampai ada yang mengatakan beliau adalah orang gila.
Dan dalam perang khandaq, kelaparan menghampiri Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat, sampai-sampai ada diantara mereka yang mengganjal perutnya dengan batu karena tidak ada yang dimakan.
Kemiskinan adalah sebuah ujian, namun bersabarlah. Karena mungkin keadaan kita jauh lebih baik daripada keadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hal ini. Yang menjadi makanan pokok sehari-hari keluarga beliau adalah al aswadan, yaitu air putih dan kurma, sebagaiman yang diceritakan oleh salah seorang dari istri beliau.
Demikian pula pernah selama tiga bulan, tungku tidak menyala di rumah beliau karena tidak ada sesuatu makanan yang bisa dimasak.
Bahkan sebelum meninggalnya, beliau menggadaikan baju perangnya kepada seorang Yahudi untuk menafkahi keluarganya. Adakah diantara kita yang seperti ini keadaannya.
Sungguh dan sungguh kita berada dalam berbagai macam nikmat dan rizqi dari Allah,  siliah berganti, siang dan malam.
Rasa sakit juga merupakan sebuah ujian, namun bersabarlah.
Karena apa yang kita rasakan mungkin belum seberapa dibandingkan dengan ujian yang menimpa Nabi Ayyub ‘alaihis salam, penyakit yang menimpa sekujur tubuh beliau, sehingga tidak ada orang yang mau mendekat kecuali istri yang setia merawatnya.
Ketampanan bisa jadi merupakan sebuah ujian, apabila tidak dibarengi dengan ketaqwaan. Dengan modal wajah nan tampan, menarik hati para wanita untuk melakukan perbuatan yang tidak pantas. Namun bersabarlah untuk meninggalkannya, sebagaimana Nabi Yusuf ‘alaihis salam bersabar dalam mengahadapi godaan istri al ‘Aziz.
Bagi seorang istri, ditinggalkan oleh suami dalam waktu yang lama merupakan sebuah ujian, baik secara lahir ataupun batin.
Bagaimana tidak, sosok suami, sang belahan jiwa, pengayom kehidupan nan jauh diperantauan untuk mendapatkan kenikmatan yang hakiki. Siang malam menunggu kehadiran sang pemimpin bahtera rumah tangga, sebuah kesabaran yang agung. Kesabaran yang terasa pahit, tapi rasa pahit itu akan hilang ketika Allah ta’ala mempertemukannya kembali dengan sang suami, di dunia, sebelum di akhirat –insya Allah-, dikumpulkan di dalam jannah-Nya.
Ya, kesabaran adalah sesuatu yang pahit, tapi akhir dari kesabaran adalah sesuatu yang manis. Kalaupun ia tidak mendapatkan hasilnya di dunia, ia akan memetiknya kelak di hari kiamat bi idznillah. Karena kesabaran adalah ibadah, yang kita mengharapkan balasan yang lebih manis di sisi-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar