BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Puisi yang sering kita sebut kata-kata indah yang
bermakna dan mengandung pesan kerap kali hadir dalam kehidupan kita
sehari-hari. Memang pemahaman tentang puisi secara baik jarang kita temui pada
masyarakat umum dan bahkan pada anak sekolah atau pelajar. Mereka sering sekali
mengatakan puisi hanya sebatas kata-kata indah, padahal sejatinya puisi ada
yang mengandung kata-kata kasar, serapah, dan mengutuk.
Membuat sebuah puisi dianggap segelintir orang adalah
pekerjaan yang mudah begitu juga memaknainya. Tetapi dalam prakteknya membuat
puisi ataupun memaknainya adalah pekerjaan yang sukar dan tidak bias dilakukan
begitu saja. Kita harus memiliki pemahaman tentang puisi yang cukup agar kita
mampu memahaminya.
Jenis puisi sangat beragam dan sangat banyak pihak
yang membuatnya. Pada umumnya kita mengenal adanya puisi lama dan puisi baru.
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh suatu peraturan tertentu dan puisi
baru adalah puisi yang lebih bebas walaupun masih mengandung peraturan
tertentu. Kita sering kali salah dalam menentukan jenis suatu puisi yang kit
abaca. Oleh karenanya, kita harus mengetahui makna dan jenis puisi yang ada
agar kita bias mengetahui jenisnya saat kita membacanya dan dapat juga
melestarikannya sebagai suatu budaya dan kekayaan bangsa kita.
Oleh karena itu, penulis menyusun makalah ini yang
berisi materi penjelasan salah satu jenis puisi yaitu puisi lama dengan tujuan
agar pembaca mengetahui dan memiliki pemahaman yang baik tentang puisi lama
sebagai suatu wawasan.
1.2 Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut:
a.
Pengertian
puisi;
b.
Unsur-unsur
puisi;
c.
Jenis-jenis
puisi;
d.
Pengertian
puisi baru dan jenisnya; dan
e.
Pengertian
puisi lama dan jenisnya.
1.3 Batasan
Masalah
Agar pembahasan dalam makalah ini
tidak mengambang maka penulis membatasinya pada pengertian puisi lama dan
jenisnya.
1.4 Rumusan
Masalah
Dalam
makalah ini yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:
a.
Apakah
pengertian dari puisi lama?
b.
Apa sajakah
yang menjadi jenis-jenis puisi lama?
1.5 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah selain
untuk memenuhi penyelesaian tugas mata kuliah Puisi Indonesia, juga untuk
memberi penjelasan berupa materi untuk menambah pengetahuan atau wawasan
pembaca mengenai puisi lama.
1.6 Manfaat
Manfaat penulisan makalah adalah memberikan
pemahaman dan pengetahuan kepada pembaca mengenai puisi lama.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Puisi Lama
Puisi adalah untaian kata-kata yang merupakan ungkapan
perasaan penyair yang memiliki nilai keindahan dengan kata-kata yang singkat
namun bermakna amat luas sesuai dengan penafsiran atau penggambaran pembacanya.
Dunton (dalam Pradopo, 1993:6) berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara
konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Sedangkan
menurut Uned (2010:36) puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh
irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Jadi, puisi adalah ragam
sastra sebagai media pengungkapan perasaan dan pikiran yang bernilai indah dan
bersifat fiksi.
Brooks, dkk (dalam Tarigan, 2008:76) menyatakan bahwa
fiksi adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk membedakan uraian yang tidak
bersifat historis dari uraian yang bersiat historis, dengan penunjukan khusus
atau penekanan khusus pada segi sastranya.
Artinya, dalam memaknai sebuah karya yang bersifat fiksi, kita sebagai
pembaca atau penikmat memiliki kebebasan untuk menafsirkan maksud dan tujuan
penyair dalam karyanya sesuai dengan pemahaman kita. Kita dapat menemukan
sendiri ide dan perasaan penyair sesuai daya imaji yang kita miliki.
Berdasarkan waktunya, salah satu jenis puisi yang kita
kenal adalah puisi lama. Menurut Uned (2010:36) puisi lama adalah puisi
Indonesia yang belum terpengaruh puisi barat. Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan tertentu. Puisi yang lahir sebelum
masa penjajahan Belanda. Sifat masyarakat lama yang statis dan objektif,
melahirkan bentuk puisi yang statis pula, yaitu sangat terikat pada aturan
tertentu. Aturan-aturan yang mengikat tersebut antara lain:
a.
Jumlah kata
dalam 1 baris;
b. Jumlah baris
dalam 1 bait;
c.
Persajakan
(rima), yaitu pengulangan bunyi yang berselang;
d. Irama, yaitu
alunan yang tercipta oleh kalimat, panjang pendek, dan kemerduan bunyi;
e.
Banyak suku
kata tiap baris.
Puisi lama juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut (http://www.wikipedia.com) :
a.
Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya (anonim);
b. Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan; dan
c.
Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah
suku kata maupun rima.
2.2 Jenis Puisi Lama
Puisi lama memiliki beragam jenis,
yaitu sebagai berikut (http://www.okrek.com):
a. Mantra
Menurut Uned (2010:37) mantra adalah puisi yang berisi
ucapan-ucapan yang dianggap mengandung kekuatan gaib dan biasanya diucapkan
oleh seorang atau beberapa orang pawang. Mantra adalah kata atau ucapan yang
mengandung hikmah dan kekuatan gaib. Kekuatan mantra dianggap dapat
menyembuhkan atau mendatangkan celaka. Keberadaan mantra dalam masyarakat
Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak
berkaitan dengan adat kepercayaan. Hanya orang yang ahli yang boleh mengucapkan
mantera, misalnya pawang atau dukun.
Ciri-ciri
mantra:
1) Berirama
akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.
2) Bersifat
lisan, sakti atau magis
3) Adanya
perulangan
4) Metafora
merupakan unsur penting
5) Bersifat
esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan misterius
6)
Lebih bebas
dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris dan persajakan
(http:www.okrek.com).
Contoh:
Assalammu’alaikum
putri satulung besar
Yang beralun
berilir simayang
Mari kecil,
kemari
Aku
menyanggul rambutmu
Aku membawa
sadap gading
Akan
membasuh mukamu
b. Pantun
Pantun adalah sajak pendek,
tiap-tiap kolet biasanya empat baris ab ab dan dua baris yang dahulu biasanya
untuk tumpuan saja (Ali, 2006:288) Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama
yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Lazimnya pantun terdiri
atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola
a-b-a-b (tidak boleh a-a-a-a, a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya
merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua
bagian, yaitu sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali
berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan
biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain
untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan
tujuan dari pantun tersebut.
Ciri-ciri
pantun:
1)
Setiap bait
terdiri 4 baris
2)
Baris 1 dan
2 sebagai sampiran
3)
Baris 3 dan
4 merupakan isi
4)
Bersajak a –
b – a – b
5)
Setiap baris
terdiri dari 8 – 12 suku kata
6)
Berasal dari
bahasa Melayu
Contoh :
Berburu ke padang datar (a)
Mendapat rusa belang kaki (b)
Berguru kepalang ajar (a)
Bagai bunga kembang tak jadi (b)
(Balai
Pustaka, 2008:217)
Pantun yang kita kenal dalam masyarakat Indonesia
memiliki keanekaragaman atau variasi (http:www.sekolahdi.blogspot.com).
1) Pantun
Anak-anak
Contoh :
Elokrupanya sikumbang
jati
Dibawa itik
pulang petang
Tidak
terkata besar hati
Melihat ibu
sudah datang
(Balai
Pustaka, 2008:20)
2) Pantun
Muda-mudi
Contoh :
Dari jauh
kapallah datang
Berlabuh
dekat pulau Pandan
Dari jauh
kakanda datang
Rsa semangat
pulang ke badan
(Balai
Pustaka, 2008:117-118)
3) Pantun
Orang Tua
Contoh :
Bagai puisi,
puisi indah
Dipetik
hidup di pucuk belati
Bagai bocah,
bocah bermadah
Lupa diri
menyusur di lorong mati
(S. Wiraatmadja dalam
H.B. Jassin, 1982:283)
4) Pantun
Jenaka
Elok rupanya
pohon belimbing
Tumbuh dekat
pohon mangga
Elok rupanya
berbini sumbing
Biar marah
tertawa juga
(Balai
Pustaka, 2008:206)
5) Pantun Teka-teki
Contoh :
Kalau puan,
puan cemara
Ambil gelas
di dalam peti
Kalau tuan
bijak laksana
Binatang apa
tanduk di kaki
c. Sajak
Menurut H.B.
Jassin (dalam http:www.okrek.com) sajak itu adalah suara hati penyairnya, sajak
lahir daripada jiwa dan perasaan tetapi sajak yang baik bukanlah hanya
permainan kata semata-mata. Sajak yang baik membawa gagasan serta pemikiran
yang dapat menjadi renungan masyarakat .Sedangkan Abdul Hadi W.M. (dalam
http:www.okrek.com) menjelaskan bahwa sajak itu ditulis untuk mencari
kebenaran. Katanya lagi, "dalam sajak terdapat tanggapan terhadap hidup
secara batiniah". Oleh karena itu, di dalam sajak harus ada gagasan dan
keyakinan penyair terhadap kehidupan, atau lebih tepat lagi, nilai kemanusiaan.
Ciri-ciri sajak antara lain berasal dari
perkataan Arab “saj” yang bermaksud karangan puisi, sebagai puisi modern,
bentuknya bebas dari pada puisi dan syair, pemilihan kata-kata yang indah.
Contoh:
"Sebatang Lisong"
Penyair-penyair salon
Yang bersajak tentang anggur dan
rembulan
Sementara ketidakadilan terjadi
disampingnya
Dan delapan juta kanak-kanak tanpa
pendidikan
Termangu-mangu
di kaki dewi kesenian
d. Syair
Menurut Uned (2010:37) syair adalah puisi lama yang terdiri atas 4 (empat)
baris yang berakhir dengan bunyi yang sama (berirama aaaa). Puisi lama yang
berasal dari Arab, yang memiliki ciri-ciri setiap bait terdiri dari 4 baris dan
semua baris merupakan isi, jadi tidak memiliki sampiran, setiap baris terdiri
dari 8-12 suku kata yang biasanya berisi nasehat, dongeng ataupun cerita.
Contoh:
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Negeri bernama Pasir Luhur (a)
Tanahnya luas lagi subur (a)
Rakyat teratur hidupnya makmur (a)
Rukun raharja tiada terukur (a)
Tanahnya luas lagi subur (a)
Rakyat teratur hidupnya makmur (a)
Rukun raharja tiada terukur (a)
e. Karmina
Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi
pendek (http:www.wikipedia.com).
Ciri-ciri:
1) Setiap bait
terdiridari 2 baris
2) Baris
pertama merupakan sampiran
3) Baris kedua
merupakan isi
4) Bersajak a-a
5) Setiapbaris
terdiri dari 8-12 suku kata
Contoh:
Dahulu
parang sekarang besi (a)
Dahulu
sayang sekarang benci (a)
f. Talibun
Menurut Ali (2006:486) talibun adalah sajak yang lebih
dari empat baris, biasanya terdiri dari 6 atau 20 baris yang bersamaan bunyi
akhirnya. Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dan seterusnya.
Ciri-ciri:
1) Jumlah
barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan
seterusnya.
2) Jika satu
bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
3) Jika satu
bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
4) Apabila enam
baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
5) Bila terdiri
dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
Contoh:
Kalau anak
pergi ke pekan
Yu beli
belanak pun beli sampiran
Ikan panjang
beli dahulu
Kalau anak
pergi berjalan
Ibu cari
sanak pun cari isi
Induk semang
cari dahulu
g. Seloka
Seloka adalah sajak yang
mengandung ajaran, sindiran, dan sebagainya (Ali, 2006:405). Seloka adalah
pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait
merupakan jalinan atas beberapa bait. Biasanya ditulis empat baris
memakai bentuk pantun atau syair, terkadang dapat juga ditemui seloka yang
ditulis lebih dari empat baris.
Ciri-ciri:
1) Ditulis
empat baris memakai bentuk pantun atau syair,
2) Namun ada
seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
Contoh :
Lurusjalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati takkan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Lurusjalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati takkan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati
bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan
h. Gurindam
Menurut Uned (2010:37) gurindam adalah sajak dua baris
yang mengandung petuah atau nasehat. Gurindam adalah satu bentuk puisi yang
berasal dari Tamil (India) yang terdiri
dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu
kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau
perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau
perjanjian pada baris pertama tadi.
Ciri-ciri:
1)
Baris
pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian
2)
Baris kedua
berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris
pertama tadi.
3)
Isinyamerupakannasihat
yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatu sebab akibat.
Contoh:
Kurang pikir
kurang siasat (a)
Tentu dirimu
akan tersesat (a)
Barangsiapa
tinggalkan sembahyang (a)
Bagai rumah
tiada bertiang (a)
Jika suami
tiada berhati lurus (a)
Istri pun
kelak menjadi kurus (a)
i. Bidal
Menurut Ali (2006:40) bidal adalah pribahasa atau
pepatah yang mengandung nasehat. Bidal merupakan jenis peribahasa yang memiliki
arti lugas, memiliki rima dan irama, sehingga digolongkan ke dalam bentuk
puisi. Dalam kesustraan Melayu, bidal yang mengandung kiasan, sindiran atau
pengertian tertentu ini termasuk salah satu bentuk sastra tertua. Ciri-ciri
bidal yaitu bidal biasanya berupa kalimat singkat yang memiliki makna kiasan
atau figuratif yang bertujuan menangkis, menyanggah, dan menyindir. Pengungkapan
pikiran dan perasaan demikian tidak secara langsung, tetapi dengan sindiran,
ibarat, dan perbandingan. Dalam tataran teori makna bidal sering
disamakan dengan ungkapan atau pepatah. Kategori bidal yaitu ungkapan,
peribahasa, perumpamaan, tamsil, pepatah, dan pameo (http://www.okrek.com):
1)
Ungkapan
yaitu peribahasa yang berbentuk kelompok kata.
Contoh: Tebal muka artinya tidak
punya malu.
2)
Peribahasa
yaitu bahasa kiasan atau figuratif yang bisa berupa kalimat atau kelompok kata
yang tetap susunannya.
Contoh: Bagai kerbau dicocok
hidungnya artinya tidak ada pendirian.
3)
Perumpamaan
adalah peribahasa yang berisi perbandingan-perbandingan, biasanya menggunakan
kata-kata bak, laksana, umpama, dan bagai.
Contoh: Bagai kucing lepas senja artinya
sangat senang hingga lupa pulang.
4)
Tamsil yaitu
seperti perumpamaan yang diikuti bagian kalimat yang menjelaskan.
Contoh: Ada ubi ada talas, ada budi
ada balas.
5)
Pepatah
yaitu kiasan tetapi yang dinyatakan dalam kalimat selesai.
Contoh: Hancur badan dikandung tanah, budi baik dikenang jua, artinya budi baik seseorang itu jangan dilupakan.
Contoh: Hancur badan dikandung tanah, budi baik dikenang jua, artinya budi baik seseorang itu jangan dilupakan.
6)
Pameo
merupakan peribahasa ang berupa semboyan, berfungsi untuk mengobarkan
semangat/menghidupkan suasana.
Contoh: Gantungkan cita-citamu
setinggi langit artinya agar kita tidak pesimis dan berusaha untuk mencapai
cita-cita itu.
Selain jenis di atas ada juga jenis
puisi lama yang berasal dari Arab namun kurang popular penggunaannya, yaitu
masnawi, ruba’i, khit’ah, nazam, dan gazal (http://abdularief78.blogspot.com/search/label/pendidikan):
j. Masnawi
Masnawi adalah bentuk sajak Persia (Ali, 2006:244).
Yaitu jenis puisi melayu lama yang berasal dari Arab-Parsi. Puisi ini berisi
puji pujian tentang tingkah laku seseorang yang mulia.
Ciri-ciri:
1)
Jumlah larik
dan barisnya tergolong bebas
2)
Skema rima
berpasangan (aa,bb,cc,……)
3)
Memuji-muji
orang
Contoh:
UMAR
Umar yang adil dengan perinya
UMAR
Umar yang adil dengan perinya
Nyatalahpun
adil sama sendirinya
Dengan adil
itu anaknya dibunuh
Itulah
adalah yang benar dan sungguh
Dengan bedah
antara isi alam
Ialah yang
besar pada siang dan malam
Lagi pun
yang menjauhkan segala syar
Imamu`ilhak
di dalam kandang mahsyar
Barang yang
hak tat`ala katakan begitu
Maka katanya
sebenarnya begitu
k. Ruba’i
Rubai yaitu sajak empat baris (Ali, 2006:365). Rubai
merupakan puisi lama yang terdiri dari empat baris sebait (sama dengan
kuatrin). Skema persajakannya adalah a-a-b-a dan berisi tentang nasihat,
puji-pujian atau kasih sayang.
Contoh:
Subhanahu allah apa segala hal manusia
Yang
tubuhnya dalam tanah jadi duli yang sia
Tanah ini
kujadikan tubuhnya kemudian
Yang ada
dahulu ada padanya terlalu mulia
l. Khit’ah
Khit’ah yaitu puisi lama yang terdiri dari lima baris
sebait (sama dengan quin).
Contoh:
Jikalau kulihat dalam tanah pada ihwal sekalian ihsan,
Jikalau kulihat dalam tanah pada ihwal sekalian ihsan,
Tiada
kudapat bedakan pada antara rakyat dan sultan,
Fana juga
sekalian yang ada, dengarkan yang Allah selalu berfirman,
Kullu
man`alaiaha fanin, yaitu,
Barang siapa
yang ada di dalam bumi itu fana juga
m. Nazam
Nazam yaitu puisi lama yang terdiri dari dua belas
baris sebait. Nazam berisi tentang hamba raja yang
setia.
Contoh:
Sukar hendak menyelami perasaan dan hati wanita
Sama seperti
sulitnya memahami bahasa ombak
Berdiri di
tepian pantai aku terpesona oleh keindahan laut
Tiupan bayu
serta lambaian pohon-pohon kelapa
Namun
menatap wajah wanita
Aku tergoda
oleh senyumannya yang menyalakan rindu
Seperti
terdapat banyak wanita maka begitulah pula
Ada ramai
lelaki namun ketiadaan wanita
Mampu
menukarkan dunia menjadi sebuah padang sepi
Yang kosong
dan bisu
Terima kasih
wanita
Tanpamu aku
tak akan lahir ke alam ini!
n. Gazal
Gazal yaitu puisi lama yang terdiri dari delapan baris
sebait (sama dengan stanza atau oktaf).
Contoh:
Kekasihku,
Kekasihku,
Seperti
senyawa pun adalah terkasih,
Termulia
juga
Dan nyawaku
pun,
Mana
daripada nyawa itu jauh ia juga
Jika 1000
tahun lamanya pun hidup ada sia-sia juga
Hanya jika
pada nyawa itu hampir dengan sedia suka juga
Dan
menghilangkan cintanya pun itu kekasihku yang setia juga
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Puisi lama adalah puisi yang
terikat oleh aturan-aturan tertentu. Puisi yang lahir sebelum masa penjajahan
Belanda. Sifat masyarakat lama yang statis dan objektif, melahirkan bentuk
puisi yang statis pula, yaitu sangat terikat pada aturan tertentu.
Adapun aturan-aturan yang mengikat tersebut, yaitu
jumlah kata dalam 1 baris, jumlah baris dalam 1 bait, persajakan (rima), yaitu
pengulangan bunyi yang berselang, irama, yaitu alunan yang tercipta oleh
kalimat, panjang pendek, dan kemerduan bunyi, banyak suku kata tiap baris.
Puisi lama memiliki beragam jenis, yaitu mantra, pantun, sajak, syair, karmina,
talibun, seloka, gurindam, bidal, masnawi, ruba’i, khit’ah, nazam, dan gazal.
3.2 Saran
Kita sebagai mahasiswa khususnya
yang duduk di jurusan Bahasa Indonesia harus memiliki pengetahuan yang baik
tentang bahasa yang dalam hal ini mengenai puisi lama. Hal itu tentu saja akan
terwujud apabila kita rajin membaca dan menulis. Dengan membaca dan menulis
wawasan kita akan berkembang dan akan semakin matang.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali,
Muhammad. 2006. Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia. Jakarta: Pustaka Imani
Balai
Pustaka. 2008. Pantun Melayu.
Jakarta: Balai Pustaka
Jassin, H.B.
1982. Angkatan 66 Prosa dan Puisi.
Jakarta: Gunung Agung
Junaedi, Uned. 2010. Materi Penting Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Ciamis: Mekar
Mandiri
Pradopo,
R.D. 1993. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Website:
http://www.okrek.com diakses
10:23 23/02/2013
http://www.sekolahdi.blogspot.com
diakses 10:25 23/02/2013
http://www.wikipedia.com diakses
10:02 23/02/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar